Figur sederhana mantan ketua KNPI Provinsi Ali Hamid menginspirasi dalam Teladan dan sikap

adhyaksanews.online, Salakan

Terinspirasi dan menyadur tulisan dosen andalan saya d kampus ipdn yang merupakan putra asli kabupaten banggai bapak Muhadam labolo yang mengutip pesan dalam buku Yudi Latif tentang Mata Air Keteladanan, Pancasila dalam Perbuatan (Mizan:2014) sebagai kelanjutan buku pertama Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila (Kompas Gramedia:2011)

Terkenang sosok birokrat sederhana yang pernah menjadi ketua organisasi pemuda knpi sulawesi tengah yang merupakan pemuda asli banggai yang mengejawantahkan tokoh-tokoh besar penuh inspirasi kesederhanaan dan kejujuran seperti Hoegoeng Iman Santoso (mantan Kapolri era Soeharto, Baharuddin Lopa (Mantan Jaksa Agung era Gus Dur), atau bapak Sartono ketua STPDN pertama.

Nama Ali hamid tidak hanya di kenal publik sebagai birokrat santun lebih dari itu sederetan pengalamannya sebagai mantan wakil Bupati Banggai Provinsi sulawesi tengah dan bupati banggai kepulauan pertama tetapi kebanggaan saya yang mendalam karena beliau adalah pemuda banggai pertama yang menjadi ketua knpi provinsi.adalah tdk mudah untuk dapat bersaing dg pemuda2 berbakat d sulawesi tengah palu khusus nya yg memiliki kemampuan organising yang mumpuni.

Tulisan ini lebih banyak berkisah tentang pengalaman mengelola pemerintahan versi ali hamid Bagi saya, beliau adalah salah satu sumber mata air keteladanan, Saya pikir beliaulah Pancasila dalam perbuatan, bukan sekedar tumpukan butir-butir Pancasila yang sulit dihafal dalam lomba cerdas cermat.

Dalam suatu masa pemerintahan beliau sebagai bupati banggai kepulauan saat itu di akhir tahun pernah mengalami surplus pembiayaan operasional rumah tangga bupati.Suatu hal yang aneh dan mustahil terjadi dijaman sekarang.Tak ada satupun yang menyangka jika kelebihan anggaran yang cukup besar tadi akan dikembalikan ke kas negara, para pemeriksa(auditor) saat itu merasa bingung dan heran dg sikap yang di ambil oleh pak ali hamid.

Mungkin bagi mereka menganggap ini sebuah kelalaian dalam soal manajemen keuangan.Para politikus lokal berpendapat lain lagi, ini sebuah pencitraan supaya bapak bupati mungkin akan mendapatkan pujian dari gubernur.Lain lagi pendapat beberapa bawahannya menilai Pak Ali Hamid adalah manajer yang gagal memahami makna efisiensi dan efektivitas dalam organisasi.

Apapun penilaian orang, Ali Hamid tampak tak peduli, ia yakin bahwa apa yang dilakukan sudah sesuai dengan standar organisasi yang ideal, bahkan lebih dari itu sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu pertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi dan Keadilan. Jangankan pertanggungjawaban organisasi, pada tingkat pribadi Ali hamid melakonkan apa yang selama ini dianggap tak lazim bagi pegawai negeri dewasa ini.

Kelebihan SPPD yang sejogjanya tiga hari dan hanya terpakai sehari, Ia dengan ikhlas mengembalikan ke Bendahara sisa uang akomodasi yang tak terpakai. Bendahara seringkali dibuat heran dan meyakinkan bahwa ini sudah menjadi hak beliau, namun ali hamid tetap saja menolak menerima apa yang tidak Ia kerjakan.

Perbuatan mengembalikan uang seperti itu mungkin berlebihan bagi sebagian orang, namun Ali Hamid tetaplah sosok pribadi yang lurus, sederhana dan tegas dalam kepemimpinan sehari-hari. Dengan biaya operasional saat itu yang hanya puluhan juta rupiah pertahun tapi ternyata bersisa pd akhir tahun . Hingga Saat beliau mengakhiri masa jabatannya, Ia hanya seorang masyarakat sipil biasa yang tetap sederhana.

Sampai suatu ketika kabag umum saat itu mengantar mobil dinas bupati k kediamannya sebagai sebuah simbol penghargaan terhadap jasa beliau selama menjabat tetapi ditolak oleh bapak ali hamid.sampai2 pejabat yang mengantar mobil tersebut kebingungan untuk menjelaskan dan mencari jawaban supaya beliau sudi menerima mobil tersebut.tapi tetap saja ditolak dan diperintahkan untuk membawa kembali mobil tsb.pejabat pembawa mobil pun tdk kehabisan akal.beliau mengikuti perintah mantan bosnya itu.tp kemudian kembali lagi pada saat sang mantan bupati beristirahat tidur,dan memarkir mobil tsb d garasi mantan bosnya kemudian menitipkan kunci mobil pada pembantu dan bergegas meninggalkan rumah sebelum sang empunya rumah terbangun.entah apa yang terjadi setelah itu.yang jelas pejabat yg diberi tugas mengantar mobil tsb sdh merasa puas telah menyelesaikan tugasnya n berhasil ‘mengakali’ mantan atasan yang sangat dihormatinya mungkin itu yang ada dalam benak si pejabat.

Tapi Ali Hamid tetap saja pemimpin yang sederhana , birokrat teladan, Umaro yang visioner dg konsep kesederhanaannya.
Bagi kita, terlepas kelemahan yang melekat sebagai unsur manusiawi, beliau telah mengukir keteladanan sepanjang masa pengabdian nya yang terbatas namun tak lekang dalam ingatan kami yang pernah menjadi bawahannya. Inilah nilai penting yang menjadi pelajaran berharga di tengah miskinnya keteladanan dan kelangkaan Pancasila dalam perbuatan.

Contoh-contoh kecil semacam itu menurut saya adalah sedikit karakter yang terasa hilang (kharassein). Karakter sendiri adalah lukisan jiwa, cetakan dasar kepribadian seseorang/sekelompok orang yang terkait dengan kualitas moral, integritas, ketegaran serta kekhasan potensi dan kapasitasnya, sebagai hasil dari suatu proses pembudayaan dan pelaziman (habitus). Menurut Yudi Latif dalam pengantar bukunya (2014:xvi)

cara mencetak nilai menjadi karakter tidak cukup diajarkan lewat hafalan. Mengutip peribahasa Inggris, moral is not taught but caught. Nilai-nilai keteladanan dan kepahlawanan tidaklah cukup diajarkan (taught) secara kognitif lewat hafalan dan pilihan ganda, melainkan ditangkap (caught) lewat penghayatan emotif.

Pendidikan karakter seringkali diintrodusir kedalam perilaku kehidupan melalui contoh-contoh keteladanan dan kepahlawanan. Pengaruh kesusastraan terhadap kehidupan tak bisa diremehkan begitu saja. Tokoh-tokoh fiksi dalam deskripsi kualitatif seringkali mempengaruhi hidup, standar moral masyarakat, mengobarkan revolusi, bahkan mengubah dunia. Bukankah kisah Rosie the Riveter menjadi pengungkit bagi Women’s Liberation Movement. Kisah Siegfried, kesatria-pahlawan legendaris dari nasionalisme Teutonik mendorong pecahnya perang saudara Jerman.

Kisah Barbie, boneka molek menjadi role model bagi jutaan gadis-gadis cantik cilik dengan standar gaya dan kecantikan. Bandingkan pula bagaimana sinetron Korea akhir-akhir ini mampu melahirkan role model bagi ibu-ibu dan remaja di Indonesia.

Jika rekayasa fiksi semacam itu dapat berpengaruh kuat bagi moralitas kita, apalah lagi jika mereka benar-benar pernah ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Ali hamid bukan fiksi, namun sosok keteladanan yang memang pernah ada dalam realitas senyatanya di bumi banggai kepulauan. Teladan lahir di sekitar kita sesuai dengan kaca mata apa kita menerawangnya.

Hal yang patut kita contoh dari bupati pertama banggai kepulauan. Seri teladan pemimpin banggai kepulauan. InsyaAllah akan berlanjut menulis pada kisah teladan bupati bangkep berikutnya. Tulisan ini sebagai pengingat bagi diri pribadi saya sendiri..jika kemudian menjadi inspirasi bagi yang membaca mudah2n menjadi amal.

Efek hujan dan menyalurkan fikiran kedalam tulisan sederhana. Salam bangkep berkonsepsi tdk sekedar retorika.untuk Bangkep bangkit.bangkep Mola.

( Victor reppie – Adhyaksanews )

Pos terkait

banner 728×90 banner 728×90 banner 728×90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *