adhyaksanews.Online, Bangka Belitung
Setiap musim hujan tiba, rumah saya selalu di datangi laron, mungkin rumah siapa saja pernah mengalami hal yang serupa, kalau kita amati perilaku laron hewan dimusim hujan ini bisa dijadikan pelajaran dalam perilaku kehidupan manusia agar kedepan bisa hidup lebih baik.Senin, ( 17 /10/2023 )
Laron , yang hanya muncul pada musim penghujan ditengah penantian panjang dimusim kemarau adalah rayap yang telah bersayap ia beterbangan mencari cahaya malam dan cenderung memilih cahaya lampu yang paling terang.
Laron begitu berani dan nekat melewati hujan yang sangat deras,
Kenekatan dan keberaniannya dalam mendekati cahaya lampu tentunya sangat mengancam kehidupan dirinya tapi laron-laron tetap maju hingga dapat menggapai cahaya yang paling terang.
Namun uniknya ketika telah mencapai cahaya terang laron-laron tersebut begitu bahagia dengan menari – menari riang gembira tapi setelah itu ia malah melepaskan sayapnya, padahal sayapnya itulah yang membuat dirinya bisa terbang diangkasa. Seolah- olah
Ia ingin menghilangkan segala kekuatan dan kesombongannya setelah ia mendapatkan kebahagiaan disaat dirinya telah dekat dengan sumber cahaya.
Menarik untuk di telisik dan digali ada apa dengan kekuatan cahaya sehingga bisa memancing laron keluar dari kegelapan didalam sarang nya.
Secara etimologis cahaya adalah sesuatu yang menyinari suatu objek sehingga objek tersebut menjadi jelas dan terang.
Cahaya dalam bahasa Arab nya adalah Nur, disebut dalam Alquran sebanyak 43 kali. Bahkan, surah ke-24 juga diberi nama dengan an-Nur.
Nur ( cahaya) berkonotasi positif dan satu akar kata dengan Nar ( api ) yang berkonotasi negatif. Nur adalah asal usulnya Malaikat, sedangkan Nar adalah asal usulnya Iblis, Nur menyinari cahaya nya dengan lembut sedangkan Nar menyinari sinarnya dengan membakar. Nur memiliki karakter bisa menerangi diri sendiri dan bisa menerangi yang berada disekelilingnya. Akan tetapi
kalau tidak di kelola dengan baik potensi Nur bisa berobah menjadi Nar sebagaimana Iblis yang dulunya satu kelompok dengan malaikat akhirnya keluar dari barisan malaikat karena kesombongannya.
Begitu juga dengan manusia didalam dirinya telah di tetapkan potensi Fujuroha ( kesesetan/ Nar) dan potensi Taqwaha ( Ketaqwaan/ Nur),
Sejak lahir, di dalam setiap jiwa manusia, Allah SWT menyimpan dua benih, yaitu benih fujur (kefasikan) dan benih takwa (kebaikan). Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam QS Asy-Syams: 8-10, “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorinya.”
Untuk menjadi orang yang beruntung , manusia harus bisa mengelola potensi Nar menjadi Nur. Karena
Nur itu adalah Metafora cahanya Allah yang disebut dengan Hidayah Allah. Sejak awal Allah telah menyediakan Hidayah nya kepada siapa saja yang mau mendapatkan nya, bukankah mahluk yang pertamakali diciptakan Allah adalah berupa cahaya yang dinamakan Nur Muhammad, dan dari cahaya Nur Muhammad itulah kemudian diciptakan mahluk- mahluknya yang lain.
Jadi kalau ada orang yang masih berada dalam kegelapan bukan berarti Allah tidak memberikan nya hidayah tapi orang itu sendiri yang tidak mau menerima hidayah yang disediakan Allah untuk dirinya bahkan untuk semua manusia.
Kemudian Bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan cahaya / hidayahnya Allah, caranya adalah kita tidak boleh mengotori jiwa dan bathin kita dengan terus berbuat dosa dan kesalahan, semua itu akan mengakibatkan kita menjadi terhijab dan terhalang dari Nur cahaya Allah.
Mari kita belajar dengan Nabi Yunus saat ia berada dalam kegelapan di dalam perut ikan Hiu. Didalam kegelapan ia malah manfaatkan dirinya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, dengan terus berdoa,
“ Tidak ada tuhan melainkan engkau, mahasuci engkau sesungguhnya aku ini termasuk orang yang zhalim”.
Didalam doanya ada kepasrahan pada Allah dan pengakuan atas dosa dan kesalahannya, tujuannya tidak lain agar bisa keluar dari kegelapan didalam perut ikan Hiu dan segera mendapatkan cahaya terang.
Jiwa/ bathin manusia itu kalau di analogikan seperti kaca cermin,, ia akan mampu menyerap sinar matahari kemudian memantulkan kembali sinar itu kepada sekelilingnya agar semua menjadi tampak, syaratnya jika kaca itu bersih dan bening. Tapi jika cermin itu kotor penuh dengan lumut dan debu bagaimana mungkin ia bisa menyerap sinar Matahari apalagi kembali memantulkan sinar itu kepada yang lain.
Nabi Muhammad adalah contoh cermin yang terbaik, kehadirannya dimuka bumi ini sering disebut dengan Minazzulumati ilan Nur, dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang, ia serap cahaya ilahi kemudian dipantulkan cahaya itu keseluruh alam.
Kita yang hidup di alam dunia ini, tentunya memiliki hakekat hidup, hakekatnya tidak lain adalah mencari dan merindukan cahaya ilahi, dan syarat untuk mendapatkannya, bathin / jiwa kita harus bersih dan dibersihkan dengan sunguh- sungguh sebagaimana laron yang rela menebus hujan lebat demi bisa menggapai cahaya.
Agar kesungguhan itu bisa di lakukan, maka manusia harus selalu bermuhasabah/ intropeksi diri karena sehebat apapun, sepinter apapun, sedahsyat dan sekaya apapun dirinya, semua itu tidak akan ada artinya jika bathin dan jiwa nya berada dalam kegelapan. Bukankah setiap dosa yang dilakukan akan memberikan titik hitam kedalam qolbu, sering kita menyaksikan seseorang yang memiliki ilmu dan jabatan yang tinggi tapi kata- kata dan kebijakannya malah semakin jauh dari ketentuan Allah, kemungkinan orang ini sedang menumpukkan dosa- dosa didalam bathinnya.
Oleh karena itu mari kita singkirkan semua yang menjadi penyebab terhijabnya bathin kita dari cahaya nya Allah, diantaranya berupa keterikatan kita kepada harta, jabatan, reputasi dan populeritas, bukan berarti kita tidak boleh mencintai semua itu , tapi jangan sampai kita terikat, karena kalau kita tidak terikat seandai nya semua itu akan hilang, kita tidak akan galau karena rasa sayang yang berlebihan, begitulah jika cahaya telah tertanam, didalam dirinya yang dicari hanyalah ridho Allah.
Demikianlah jika manusia sudah menggapai cahaya Nur hidayah, dia akan mendapatkan kebahagian yang luar biasa dan dirinya merasa sirna larut kedalam cahaya itu serta akan melepaskan segala sifat keakuan dan keegoan dirinya, sebagaimana Laron yg melepaskan sayap- sayapnya setelah ia merasakan kebahagiaan karna telah mendapatkan cahaya petunjuk ilahi
( TYA & HAJ – Adhyaksanews )