Melayu Tua Dan Melayu Muda

Oleh : Datuk Marwan AlJa’fari DPMP

 

Adhayaksanews, Pangkalpinang–Senin (22/01/2024)

Pohon ini warnanya hijau.
Tudung ini berwarna merah.
Melayu disini memang memukau.
tapi sayang tak tentu arah.

Itulah untaian pantun yang di ucapkan oleh Jaka filyama salah seorang peserta kajian dialog budaya yang dilaksanakan di Saung Budaya Bukit Betung Sungailiat. Beliau mengungkapkan Keadaan melayu diprovinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini seperti melayu yang masih muda setelah ditinggalkan saudara tuanya melayu Sumatra selatan.

Kenyataannya memang seperti itu dikarenakan kondisinya masih muda dan belum tentu arah, menyebabkan orang yang datang berkunjung ke Kepulauan Bangka Belitung (KBB) menjadi kesulitan disaat mereka mencari dimana destinasi yang berciri khas melayu yang ada di Kepuluan Bangka Belitung.

Sepertinya setelah KBB menjadi provinsi dan berpisah dengan Provinsi Sumatera selatan, tampaknya Provinsi KBB memang belum mempersiapkan identitas kemelayuan dirinya, sementara stigma sudah melekat bahwa KBB adalah sebagai negeri melayu. inilah yang dimaksud oleh jaka filyama bahwa melayu KBB adalah melayu muda dan tidak tentu arah.

Masukan pemikiran dalam dialog kajian budaya seperti ini tentu sangat konstruktif, dan perlu menjadi bahan pemikiran kita bersama bagaimana mewujudkan melayu di KBB ini agar segera memiliki arah dan menata kembali potensi-potensi kemelayuannya yang masih berserakan di KBB ini setelah ditinggalkan saudara tuanya.

Dalam permasalahan ini menarik sekali untuk di telisik bagaimana perbedaan antara melayu KBB dengan melayu didaerah lain seperti melayu di Palembang, jambi, riau, kalimantan, medan dll,

Sepertinya keadaan melayu di daerah lain, memiliki salah satu keunggulan, mereka memiliki kejayaan melayu dimasa lalu, berupa peninggalan warisan adat budaya, serta identitas-identitas melayu yang sudah di pakemkan oleh kerajaan dan sultan mereka.

Sementara melayu di KBB tidak memiliki kejayaan masa lalu, sehingga mau tidak mau melayu KBB harus mulai menyusun rumusan konsep baru mengenai identitas kemelayuan dirinya dan dipakemkan jika ingin punya arah serta mengejar ketertinggalannya

Padahal kalau kita lihat dari usia keberadaan melayu di KBB ini, tentunya sudah sangat tua usianya, namun sangat jauh ketertinggalan adat dan budayanya jika dibandingkan dengan melayu di daerah lain.

Kalau ditanya berapa usia melayu di KBB, jawabnya sama dengan usia pohon yang pertama kali tumbuh di Pulau ini. Siapa yang bisa menemukannya maka seperti pohon itulah usia melayu di KBB, kenapa demikian, karna saat pertama kali tuhan menciptakan pohon, disaat itu pula pohon-pohon langsung bertasbih kepada tuhan, bertasbih tandanya islam, dan melayu itu identik dengan islam.

Oleh karna itu sudah saatnya sekarang melayu KBB mulai bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan tersebut dengan diawali membuat rumusan mengenai identitas kemelayuan KBB, seperti merumuskan model rumah adat, pakaian adat, stanjak, tarian daerah, lagu daerah, makanan khas daerah, simbol-simbol serumpun sebalai dan lain-lain, kemudian dipakemkan apakah melalui Pergub atau Perda.

Dalam penyusunan rumusan ini, tentunya memberikan ruang kepada para seniman dan budayawan di KBB untuk berkontribusi pemikiran dan ide bagaimana model bagusnya identitas adat budaya melayu KBB yang akan dipakemkan, dengan demikian barulah melayu KBB ini memiliki arah dan siap mengejar ketertinggalannya dengan melayu-melayu di daerah lain.

Oleh karena itu melayu KBB tidak boleh pesimis, walaupun tidak memiliki kejayaan dimasa lalu tapi ingatlah, melayu KBB masih punya masa depan yang gemilang. Kalau melayu KBB tetap optimis Insyaallah, 20 tahun yang akan datang, melayu di KBB akan menjadi pangkal inspirasi melayu di Negeri Rentang Tanah Melayu…..
insyaallah….

(Haj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *