Petinggi Timah Terindikasi “Bermain” Dengan Mafiah Timah, Bermodus Mitra Boneka

Adhyaksanews, Pangkalpinang–Sejak jaman kolonial hingga sekarang timah masih menjadi komoditas ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sayangnya, dampak kesejahteraan ekonomi kepada masyarakat Bangka tak terasa signifikan. Ironisnya, ekonomi masyarakat kalangan bawah-pun masih saja stagnan dan tak meningkat. Ternyata Perusahaan plat merah (PT.Timah) yang selama ini dipercaya oleh pemerintah pusat tersebut, terindikasi “bermain” dengan mafiah timah.

Pasalnya, bermodus kerjasama kemitraan dengan pola kompensasi langsung yang dianggap program SHP, ternyata berdasarkan informasi dari narasumber yang enggan disebutkan identitasnya bahwa PT. Timah terindikasi melakukan “permainan” dengan mitra boneka. Bermula, dari setiap wilayah produksi baik darat dan laut berbeda pola pamasetnya, akibatnya dugaan markup permainan kadar timah-pun terjadi.

Dugaan markup sampai permainan kadar timah pun menyeruak kepublik, karena sejak awal 2017 semua wilayah produksi darat Bangka sudah mulai melakukan giat kompensasi langsung.

Mulai booming terjadi, pola kerjasama mitra pemasok bijih timah adalah seperti CV SU (Salsabilah utama), Batigo dan CV. BIM. Mereka menjadi mitra pengumpul dan pengangkutan bijih timah kadar tinggi yang beraktivitas di wilayah produksi Bangka Selatan dan Bangka Tengah 2018-2019 silam.

Pantas saja, di wilayah Bangka Selatan (Basel) dan Bangka Tengah (Bateng) kebanjiran produksi pasir timah disetiap gudang bijih timah (GBT). Baik itu terjadi di GBT Cambai, Bangka Tengah (Bateng) dan di GBT Toboali Bangka Selatan (Basel).

Sementara, di wilayah produksi Kabupaten Bangka barat (Babar) dan Bangka induk (Bangka) masih mengunakan kompensasi langsung ke masyarakat dengan kadar rendah dengan program jemput bola di lokasi dalam WIUP PT Timah Tbk.

Sehingga, nominal uang perusahaan plat merah yang digelontorkan untuk pamaset ini disampaikan oleh Emil Erindra pada acara sharing session dengan IKT awal tahun 2019  telah mengucurkan dana pinjaman sebesar lebih-kurang 7 triliun rupiah. Uang tersebut guna membayar nilai kompensasi atau beli bijih timah masyarakat dan pembayaran timah smelter swasta.

Modus CV. BIM, CV. Batigo milik seorang bos asal pangkalpinang inisial Bl dan CV. SU milik Bos inisial Tn diduga mendominasi pengiriman pasir timah di Gudang timah PT.Timah di Bangka Selatan (Basel) dan Bangka Tengah (Bateng). Beberapa mitra yang bekerja sama pengiriman Melalui CV. BIM, CV. BATIGO, CV. Salsabila utama yang disupport para kolektor timah kelas atas di Bangka yaitu:
1. Bos As (toboali)
2. Bos Ahn (Bakik)
3. Bos Afk (benteng)
4. Bos Wn (PKP)
5. Bos Dpr (PKP)
6. Bos At (sampur)
7. Bos Ayn (Payung)
8. Bos Akg
9. Bos Ap (semabung)
Dengan ES sebagai wasprod Basel dan juga Bateng saat itu pada periode 2018-2019.

Pola kemitraan yang tidak ber-SPK pada saat itu diduga menyebabkan banyak terjadi selisih kadar timah dan diduga ada permainan antara oknum internal PT. Timah (Wasprod dan Kepala Gudang), dan mitra-mitra terkait pembayaran dengan adanya manipulasi kadar Sn.

Tak ayal, menyebabkan harga pokok membengkak dan menjadi masalah ketika barang atau pasir timah akan dileburkan di Pusmet Muntok, dikarenakan tidak mencapai kadar lebur diatas 68% Sn.

Sesuai informasi narasumber, dugaan terjadinya intimidasi terhadap para karyawan gudang penerimaan timah di wilayah produksi Bangka Tengah pada awal 2019, yang melibatkan salah satu direksi PT Timah terkait penerimaan pasokan timah dari mitra tersebut, walaupun kadar timahnya tidak sesuai dan cenderung dibawah kadar yang dibayarkan, jelas narasumber (Narsum). Oleh karenanya, Ia berharap, kepada aparat penegak hukum agar ‘mencuci’ habis para oknum petinggi timah yang nakal di Bangka Belitung tersebut.

( Red)

Pos terkait

banner 728×90 banner 728×90 banner 728×90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *