Oleh Marwan Al Ja’fari.
Dahulu orang-orang tua kita sering bercerita dongeng sebagai pengantar tidur malam anak-anak mereka. Cerita itu didapat mereka dari imajinasi yang dihidupkan dengan membaca alam.
Di zaman sekarang ini, menghidupkan lagi imajinasi seperti itu, rasanya menarik bila dibudayakan kembali. Seperti pepatah Melayu mengatakan, “Alam terkambang jadikan guru.” Maksudnya alam yang terbentang ini bisa dijadikan guru.
Maka banyak membaca alam sama juga artinya dengan banyak berguru. Bukan guru seperti kebanyakan guru di sekolah-sekolah di luar KBB. Tapi guru yang menghidupkan imajinasi, seperti alam yang terbentang di provinsi kita.
Nah, melihat beberapa peristiwa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekarang ini, cukup menyenangkan bila bersama alam kita menghidupkan imajinasi untuk menghasilkan dongeng. Misalnya yang terkait dengan tumbuhan pohon kabung yang masih cukup banyak di tempat kita. Sedikit dongeng di bawah ini adalah contoh hasilnya. Tapi ini bukan dongeng pengantar tidur. Sebab tidak pas untuk anak-anak. Ini dongeng pengantar kerja, khususnya bagi para ASN KBB. Begini ceritanya:
Amang Adun adalah seorang penyadap air nira/air kabung yang tinggal di kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. Ia mengaku dan mengeluh, selama hampir delapan bulan ini dirinya mengalami kesulitan mendapatkan air nira dari pohon kabung. Dirinya heran, mengapa pohon aren miliknya ini tidak seperti biasanya yang banyak mengeluarkan nira. Biasanya Amang Adun bisa mendapatkan nira sebanyak tujuh sampai delapan liter setiap hari, tapi sekarang untuk mendapatkan air nira sebanyak satu liter saja sangat sulit.
Akibat dari itu, produksi gula kabungnya menjadi sedikit, dan sedikit pula tentunya yang bisa ia jual ke pasar. Akan tetapi Amang Adun ternyata tidak sendiri. Penyadap air kabung sekaligus pencetak air kabung lain pun mengalami hal serupa. Akibatnya gula kabung di pasarpun menjadi langka, sulit ditemukan di toko-toko yang biasanya berjualan, sebab pasokan dari produsen sangat sedikit.
Walaupun ada jualnya di pasar, harga gula kabung sangat tinggi, dan ini sangat berpengaruh terhadap emak-emak yang sangat membutuhkan gule kabung sebagai bahan untuk masak dan membuat kue. Melambungnya harga gule kabung di pasaran rupanya menjadi salah satu penyebab tingginya angka inflasi di provinsi KBB. Amang Adun sendiri baru tahu kalau ternyata salah satu faktor yang mendukung tingginya angka inflasi di KBB ini penyumbangnya adalah gule kabung yang langka. Tidak hanya gule kabung, harga barang-barang kebutuhan pun lebih mahal daripada di daerah-daerah lain.
Kejadian yang tidak seperti biasanya ini kemudian membuat Amang Adun merenung lama dan berpikir, jangan-jangan ada yang salah dengan pohon kabung di Bangka khusunya pohon kabung miliknya sendiri.
Amang Adun curiga dengan pohon kabung yang banyak tumbuh di belakang rumahnya, tapi tidak mau mengeluarkan nira lagi.
Sejak itu, Amang Adun mulai melakukan tirakat khusus guna mencari petunjuk apa yang menyebabkan pohon arennya tidak mau mengeluarkan air niranya lagi. Maka mulailah ia menyepikan diri selama satu minggu dan tidak keluar-keluar dari kamarnya karena melakukan tirakat.
“Tirakat adalah suatu upaya spiritual seseorang dalam bentuk keprihatinan jiwa dan badan untuk mencapai dan mencari sesuatu dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan, baik berupa perilaku, hati dan pikiran.”
Salah satu yang dilakukan dalam tirakat adalah berpuasa dan berdoa.
Setelah satu minggu melakukan tirakat, Amang Adun mendapat petunjuk melalui mimpi. Di dalam mimpnya itu, Amang Adun mendapat bisikan bahwa pohon kabung miliknya itu sedang merajuk. Penyebabnya adalah karena ada orang yang menyalahgunakan nama gule kabung untuk pencitraan dirinya agar populer di masyarakat.
Ternyata memang benar hasil dari tirakat Amang Adun. Hasil dari ngobrol-ngobrol dengan aktivis-aktivis LSM, tahulah ia bahwa saat ini di provinsi KBB memang sedang masif dilaksanakan Program Gule Kabung yang diartikan, Gubernur Langsung Eksekusi Kerja Bersama Membangun Bangka Belitung. Kemudian nama Gule Kabung akan didaftarkan menjadi Hak Cipta kekakayan intelektual seseorang yang punya inisiatipnya.
Rupanya ini yang membuat pohon Kabung menjadi marah dan merajuk karena nama gule kabung hasil dari nira nya akan diambil orang dan rawan akan disalah gunakan, pohon kabung mengatakan gulanya tidak akan mau ikut dengan orang yang tidak dikenalinya.
Pohon kabung bilang ia hanya mau ikut dengan Panglima Hidayat Arsani, karena hanya beliaulah tokoh KBB yang ia kenal, ternyata Panglima Hidayat Arsani inilah yang pertama kali punya gagasan besar untuk memasyarakatkan gula kabung dan selalu mengajak masayakat untuk
menanam pohon kabung. Sampai sekarang beliau masih sering membagikan bibit kabung karena Panglima Dayat punya cita-cita ingin meningkatkan ekonomi masyarakat
di KBB menjadi sejahtera. Jadi wajarlah kalau masyarakat KBB memberikan gelar kepada beliau sebagai Bapak Pembangunan.
Kembali ke masalah pohon kabung yg sedang merajuk, ia sempat mengancam
bahwa ia tidak akan memberikan air niranya yang banyak selama nama gule kabung belum dikembalikan lagi kepada alam.
Namun selama dua hari ini Amang Adun terlihat sudah mulai senang dan gembira, ternyata pohon kabung miliknya telah kembali normal mengeluarkan air niranya dan tidak merajuk lagi.
Selidik punya selidik ternyata program Gule Kabung di Provinsi KBB sudah dihentikan, dan orang yang biasa melaksanakan program ini kabarnya sudah pindah tugas ditempat yang lain. Sejak saat itu, sampai sekarang, peredaran gula kabung di pasaran sudah mulai normal kembali, inflasi di Prov KBB pun telah kembali normal.
Salam Gule Kabung.