adhyaksanews.online, Pangkalpinang
Menarik untuk didiskusikan, alat informasi yang digunakan masyarakat Pulau Nangka untuk mengetahui siapa yang akan jadi pemenang dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), baik itu Pilkada Bupati ataupun Gubernur dalam hitungan yang cepat, dimana mereka tidak perlu melihat pengumuman quick count versi lembaga survei di televisi, namun mereka cukup melihat hasil pemilihan kotak suara di Pulau mereka sendiri. Alasannya, karena masyarakat disana punya “mitos” yang diyakini, “kalau menang di Pulau Nangka maka menanglah di tempat lain”. Jum’at (10/11/2023)
Hal itu berawal dari kejadian Pemilihan Bupati Bangka Tengah (Bateng) yang pertama, yaitu pada 2005-2010 yang lalu. Saat itu Drs. H. Abu Hanifah dinyatakan sebagai pemenang di kotak suara Pulau Nangka. Kendati hasil penghitungan suara di tempat lain belum ada, tetapi masyarakat Pulau Nangka sudah yakin dengan kemenangan H. Abu Hanifah di tempat-tempat lain. Faktanya, memang H. Abu Hanifah-lah yang unggul secara keseluruhan.
Kemudian, dilanjutkan dengan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kepulauan Bangka Belitung 2007-2012, antara Eko Maulana Ali vs Hudarni Rani. Pulau Nangka saat itu memenangkan Eko Maulana Ali. Padahal, Eko Maulani Ali saat itu “hanyalah” Bupati Bangka periode 1998-2008, meski pada tahun 2006 beliau (Eko) mengundurkan diri.
Ironisnya, ternyata Pulau Nangka punya rahasia,,,,? yakni, jika dia adalah pemimpin yang pertama kali menginjak-kan kakinya di Pulau Nangka, sehingga wajar saja kalau masyarakat Pulau Nangka jatuh hati pada beliau dan menyumbangkan hak pilihnya kepada “Pak Eko”, panggilan akrabnya.
Hebatnya, hasil Pemilihan Gubernur secara keseluruhan saat itu, terbukti dimenangkan oleh beliau sebagaimana diperkirakan masyarakat Pulau Nangka.
Lalu, Pemilihan Bupati Bateng yang berikutnya (ke-dua) antara Erzaldi Rosman vs H. Abu Hanifah (incumbent), dan Erzaldi vs Patria Nusa. Seluruhnya dimenangkan Erzaldi Rosman di Pulau Nangka dan diikuti juga kemenangan-kemenangan di tempat lain. Maka dari itu, semua hasil dari Pilkada ini menjadi semakin menguatkan keyakinan masyarakat Pulau Nangka dengan mitos “menang di Pulau Nangka maka menanglah di tempat yang lain”.
Walaupun mata pilih Pulau Nangka hanya berjumlah 200 orang, tetapi Pulau ini seakan-akan menjadi magnet dan barometer bagi Kabupaten Bangka Tengah dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam penentuan hasil Pilkada dan lebih cepat hasil pemenangnya diketahui dibandingkan quick count.
Adanya mitos “menang di Pulau Nangka maka menanglah di tempat lain” sekarang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para politisi yg akan berlaga. Mereka ramai-ramai bersilaturrahmi dan berkunjung ke Pulau Nangka guna menarik perhatian masyarakat yang ada di sana.
Ada apa sebenarnya di Pulau Nangka,,,,? sampai mitos ini diyakini betul oleh masyarakat di sana, bahkan oleh orang-orang dari luarnya?
Ternyata di sana ada satu maqam ulama besar sahabatnya Syekh Abdurrahman Siddik bernama Syekh Ja’far Siddik, yang maqamnya dikeramatkan oleh masyarakat Pulau Nangka dan diyakini banyak memberikan keberkahan terhadap Pulau Nangka. Selain itu, tanah Pulau Nangka diyakini masih suci dan bersih, dibuktikan dengan kejadian yang sangat unik di mana tanah Pulau Nangka tidak bisa ditempati binatang-binatang yang dianggap haram oleh umat Islam, seperti binatang anjing dan babi serta monyet. Tiga jenis binatang ini tidak bisa hidup di sana. Kalau ada yang membawa masuk dari desa lain, pasti dalam hitungan waktu tiga hari mahluk itu akan mati dengan sendirinya.
Suci dan bersihnya tanah Pulau Nangka telah dianggap suatu hal yg bisa menjadi magnet kemenangan demi kemenangan dalam pilkada.
Semoga putih dan bersihnya tanah Pulau Nangka berselaras dengan putih dan bersihnya hati masyarakat Pulau Nangka yang lama hidup terisolir dan belum ternodai.
Oleh : Marwan Alja’fari
(HAJ – Adhyaksanews)