Syarat Mutlak Pengurus Nahdatul Ulama{NU} Lulusan Pesantren

adhyaksanews.online, PANGKALPINANG

Jika tak ada halangan pemilihan presiden (Pilpres), pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) di negara Republik Indonesia rencananya akan digelar di tahun 2024 mendatang. Pelaksanaan pesta demokrasi ini pun terhitung masih satu tahun lagi.

Terkait hal ini pula seorang kiyai asal Nahdatul Ulama di Bangka Belitung (Babel), KH A. Ja’far Shiddiq mengingatkan agar para pengurus NU di wilayah Provinsi Babel untuk tidak melakukan ‘manuver’ atau deal-deal politik.

“NU harus memposisikan sebagai organisasi ulama karena organisasi NU itu mengayomi seluruh organisasi lainnya dan bukan sebaliknya,” terang Ja’far saat bincang-bincang santai dengan tim Kantor Berita Online (KBO) Bangka Belitung (KBO Babel), Selasa (7/3/2023) siang di Pondok Putri Pesantren Hidayatusalikin jalan raya Pantai Pasir Padi, Kota Pangkalpinang.

Lanjutnya, jika dalam hal berpolitik sesungguhnya menurut Ja’far ada badan otonom tersendiri dari NU dan memang fokus pada politik yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Para pendiri PKB ini menurutnya dilahirkan dari para ulama sepuh NU se-Indonesia termasuk Abdurahman Wahid alias Gusdur (almarhum).

Sedangkan organisasi Anshor menurutnya lagi tak lain merupakan badan otonom dari NU namun tidak termasuk dalam struktur atau dapat anak dari organisasi NU.

Meski saat ini dirinya tak lagi menjadi pengurus di PWNU di Provinsi Babel namun ditegaskanya jika ia sendiri sampai saat ini masihlah merupakan seorang kiyai NU di Babel.

“Dan ini tidak dapat dipisahkan. Sebab jika ngomong soal NU saya sangat fasih (faham – red),” ungkap mantan ketua Tanfidziyah
PWNU Provinsi Babel ini.

Meski begitu, pendiri pondok pesantren modern Hidayatusalikin di Babel ini (KH Ja’far Siddiq) justru sama sekali ia tak bermaksud ingin membanggakan dirinya pribadi selaku seorang kiyai yang sangat faham dengan organisasi NU.

Hanya saja menurut Ja’far, jika idealisme seorang pimpinan organisasi NU hendaknya memiliki latar belakang yang dianggapnya cukup mempuni dengan jabatan selaku ketua Tanfidziyah diantaranya yakni pernah mengenyam ilmu pendidikan di pondok pesantren.

*Sosok Ketua Tanfidziyah PWNU Babel Kini & ‘Potret’ Kelam Masa Lalu

Sekedar diketahui, jabatan ketua Tanfidziyah PWNU Babel kini dijabat oleh Masmuni Mahatma guna menggantikan posisi KH A Ja’far Shiddiq yang telah menjabat hanya 2 tahun.

Pria kelahiran di Sumenep, 8 September 1976 (Masmuni Mahatma) diketahui menjadi dosen Ilmu Filsafat Islam sejak tahun 2012 hingga sekarang dan saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor (Warek) II di kampus Institut Agama Islam Negeri Sheikh Aburahman Shiddiq Bangka Belitung (IAIN SAS Babel).

Alumni IAIN Sunan Gunung Djati ini pun (Masmuni) dipercaya sebagai ketua Tanfidziyah PWNU Babel untuk periode 2022 – 2027 melalui hasil musyawarah mufakat atas Konferwil ke-6 digelar di gedung asrama haji Kementerian Agama Babel pada tanggal pada 23-24 Desember 2022 lalu dan Darwis selalu ketua pelaksana Konferwil PWNU Babel ke-6.

Terpilihnya Masmuni sebagai ketua Tanfidziyah PWNU Babel periode 2022 – 2027 yakni melalui hasil Konferwil ke-6 yang digelar di gedung asrama haji Kementerian Agama Babel pada tanggal pada 23-24 Desember 2022 lalu, sedangkan KH Zahirin terpilih sebagai Rais Syuriyah untuk periode yang sama.

Mengutip dari pemberitaan di sejumlah media online sebelumnya, jika awal munculnya nama Masmuni Mahatma sebagai calon ketua Tanfidziyah PWNU Babel saat menjelang Konferwil tak lain pasca dibentuknya caretaker pengurusan di lima cabang NU di Babel.

Pembentukan caretaker ini menurut Darwis sesungguhnya bukanlah mendesak akan tetapi hanya bersifat konsolidasi dan telah melalui prosedur di tingkat pusat yang relatif lama selain alasan pertimbangan kepengurusan lama PWNU Babel dianggap vakum.

Oleh karenanya mencuatlah nama Masmuni Mahatma hingga menguatkanya namanya sebagai ‘satu-satunya’ calon ketua Tanfidziyah PWNU Babel untuk periode 2022 – 2027.

Sebelum menjabat sebagai ketua Tanfidziyah PWNU Babel, Masmuni sendiri sempat ‘tersandung’ persoalan lantaran statement atau pernyataannya dianggap telah melukai sebagian umat muslim di Babel.

Pasalnya, pernyataan Masmuni selaku Ketua GP Anshor Babel saat itu pihaknya menolak bahkan mengancam akan mengusir seorang ulama ternama Habib Rizieq Syihab (HRS) jika datang dan berdakwah di pulau Bangka.

Mengutip dari media online (Tempo,22/1/2017) jika kejadian tersebut Kamis (19/1/2017). Dalam pernyataan sikapnya (Masmuni Mahatma) jika GP Ansor Babe menolak Habib Rizieq menginjakkan kaki di Bangka Belitung.

Alasannya, Rizieq dinilai merusak keutuhan bangsa dan kerukunan umat beragama. Selain itu GP Ansor Bangka Babel juga meminta Gubernur dan Kapolda tidak memberi ruang kepada Rizieq dan FPI di Bangka Belitung.

Tak cuma itu dalam pernyataanya pun pihak GP Anshor Babel meminta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) agar membubarkan FPI dan memproses tindakan anarkis dan mencabut status kewarganegaraan anggota FPI.

Namun tanpa diduga, pernyataan sikap pihak GP Anshor Babel saat itu (Masmuni) justru menuai reaksi hingga kecaman keras dari sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang di Babel termasuk wakil ketua DPRD Provinsi Babel saat itu, Dedi Yulianto pun turut mengecam keras. Bahkan sejumlah ormas dari berbagai unsur elemen masyarakat pun sempat menggelar aksi demo terkait pernyataan Masmuni tersebut.

Tak ayal, Masmuni Mahatma pun akhirnya diancam akan dilaporkan ke pihak kepolisian (Polda Kep Babel) terkait pernyataannya tersebut. Bahkan seorang juru bicara dari aliansi ormas Islam Babel, Sofyan Rudianto mengatakan jika pihaknya meminta Masmuni dan GP Ansor mencabut pernyataannya.

Keduanya dinilai menghina ulama dan menyinggung perasaan muslim secara terbuka. Jika tidak dilakukan, paling lambat 2×24 jam terhitung mulai hari ini, pihaknya akan melaporkan masalah itu ke polisi.

“Apa yang disampaikan Masmuni tidak mencerminkan seorang dosen. Kita akan mendatangi Kementerian Agama yang menaungi STAIN SAS tempat Masmuni mengajar,” ujar Sofyan dalam keterangannya bersama ormas Islam di Umah Ubi Atok Kulop Resto, Senin (22/1/2017).

Tak cuma itu pihaknya pun meminta agar Masmuni diberhentikan sebagai dosen di perguruan tinggi tersebut (STAIN SAS Babel), hal ini lantaran akibat ulah Masmuni ini dikhawatirkan akan menimbulkan bibit perpecahan dan kebencian di masyarakat.

Situasi saat itu pun kian ‘memanas’ terkait pernyataannya, hingga akhirnya Ketua GP Ansor Babel Masmuni Mahatma bersama sejumlah pengurus dengan didampingi Ketua Tanfidziyah PWNU Babel saat itu dijabat oleh KH Agus Erwin sempat menyampaikan permintaan maaf terkait dengan pernyataan yang dianggap telah melecehkan ulama.

Hanya saja, pihaknya sendiri saat itu belum mencabut pernyataan itu dengan alasan pernyataan tersebut sifatnya kelembagaan dan bukan pribadi pengurus. Sebaliknya pihaknya akan membicarakannya dengan cabang dan berkonsultasi dengan dewan penasihat.

Namun KH Agus Erwin justru saat itu menyampaikan gambaran terkait kaitan antara NU dengan GP Ansor selama ini.

“Masyarakat awam banyak yang tidak mengetahui bahwa GP Ansor tidak di bawah NU, mereka otonom. Jadi kita tidak berhak mengintervensi. Apapun yang mereka berikan kita tidak ada hubungannya, namun secara historis psikologisnya ada, jadi kita ingatkan,” tegas Erwin.

( Tim adhyaksanews )

Pos terkait

banner 728×90 banner 728×90 banner 728×90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *